Kenapa Anak-Anak Juga Butuh Diajarin Cyber Awareness
Anak-anak hari ini melek teknologi sejak lahir. Umur 2 tahun sudah bisa swipe YouTube. Umur 5 bisa main game online. Umur 10 sudah punya akun media sosial (meski sering sembunyi dari orang tua).
Tapi satu hal yang mereka belum punya. Naluri untuk membedakan mana yang aman dan mana yang berbahaya.
Dunia Digital Anak = Dunia Nyata Mereka
Buat kita, dunia digital adalah tambahan. Tapi buat anak-anak, itu dunia utama.
Teman mereka ada di sana. Main bareng ada di sana. Rasa percaya diri mereka terbentuk di sana. Dan… ancamannya juga datang dari sana.
Ancaman Nyata yang Sering Terjadi
- Phishing & penipuan
Anak bisa dikibuli untuk membagikan password, kode OTP, atau data orang tua. - Konten tidak pantas & deepfake
Algoritma bisa menyarankan hal yang viral tapi tidak layak konsumsi usia muda. - Grooming oleh predator online
Percakapan personal di balik akun anonim bisa sangat berbahaya. - Oversharing
Anak-anak tidak tahu bahwa sekali mereka post sesuatu, itu bisa tersimpan selamanya. - Game online dengan fitur chat & transaksi
Banyak eksploitasi dimulai dari “mabar.”
Masalahnya: Banyak Orang Dewasa Juga Belum Paham
Orang tua atau guru kadang hanya berkata:
“Jangan main HP terus.”
“Jangan buka situs aneh.”
“Udah logout belum?”
Tapi jarang yang benar-benar mengajari kenapa itu penting, atau bagaimana mengidentifikasi bahaya.
Cyber awareness bukan soal larangan, tapi soal bekal.
Apa yang Bisa Diajarkan pada Anak?
Kenalkan konsep privasi: “Apa itu data pribadi? Kenapa nggak boleh dibagi sembarangan?”
Latih rasa curiga : “Kalau tiba-tiba dapat pesan dari orang nggak dikenal, harus gimana?”
Bicara soal jejak digital: “Apa yang kamu post hari ini bisa dibaca orang tahun depan.”
Biasakan bertanya sebelum klik: “Kalau kamu ragu, kamu bisa tanya dulu. Nggak ada yang marah.”
Ajarkan empati digital: “Jangan ikut-ikutan komentar jahat. Di balik layar itu ada orang.”
Penutup
Anak-anak tidak butuh larangan. Mereka butuh panduan.
Mereka bukan generasi lemah. Mereka hanya belum punya kompas digital—dan kita yang lebih dulu hidup di internet inilah yang seharusnya membekali mereka.
Karena kalau kita tidak mengajari mereka cara bersikap aman di dunia maya, maka dunia maya akan mengajari mereka dengan caranya sendiri. Dan itu tidak selalu ramah.
Sampai jumpa di tulisan berikutnya.
– Feri Harjulianto