Photo by Alex / Unsplash

FMFL League : Memupuk Harapan Melawan Casa Pia

Feri Harjulianto

Sepak bola punya cara tersendiri untuk mengingatkan siapa kita.
Kadang lewat kemenangan yang terasa seperti pujian.
Kadang lewat kekalahan yang terasa seperti ejekan.
Dan pekan ini, kami mengalami keduanya—ketika melawan lawan yang sama.

Match 1 : Casa Pia 3 vs 4 Heidenheim

Kami mencetak empat gol. Tapi lebih dari itu, kami mencetak keyakinan bahwa kami bisa jadi tim yang menyerang dengan naluri, dan bertahan dengan nyali.
Pedro jadi mimpi buruk bagi pertahanan lawan. Lino menari di sisi lapangan. Fayzullayev bermain seperti punya tiga paru-paru.

Statistik berpihak:

  • Kami unggul xG tipis (2.91 vs 2.70), tapi unggul di momentum.
  • Kami main dengan 52% penguasaan bola, dan berhasil menguasai situasi.

Dan bahkan saat skor nyaris disamakan di menit akhir, kami tidak kehilangan akal. Kami menutup laga dengan tekad, bukan kepanikan.

Saya pulang malam itu dengan dada penuh rasa bangga. Bukan karena hasil — tapi karena cara kami melakukannya.

Match 2 : Heidenheim 0 vs 5 Casa Pia

Laga kandang, tapi rasanya seperti ditelanjangi di depan publik sendiri.

Semua yang kami bangun sebelumnya runtuh dalam 90 menit yang terasa sunyi.
Statistik kami tidak buruk. Kami punya:

  • 60% ball possession
  • 88% akurasi operan
  • 14 tembakan, 6 on target

Tapi nyatanya, kami tidak punya jiwa di laga itu. Kami punya bola, tapi tidak punya rencana. Kami punya peluang, tapi tidak punya keberanian.

Casa Pia tak membalas. Mereka mengajari.
Tentang bagaimana bertahan bukan hanya soal formasi, tapi soal disiplin.
Tentang bagaimana menyerang bukan soal jumlah tembakan, tapi soal waktu yang tepat untuk menusuk.

Kami ditikam lima kali.
Dan anehnya, saya tidak marah. Saya hanya hening.
Karena ini bukan kekalahan biasa — ini tamparan terhadap rasa percaya diri yang tumbuh terlalu cepat.

Penutup

Kami pernah membuat Casa Pia bertekuk lutut. Lalu kami melihat mereka membuat kami terkapar.

Itulah sepak bola.
Kadang kamu berdiri sebagai pemenang, kadang kamu ditundukkan oleh refleksi.

Dan sebagai pelatih, saya tahu: skor bisa dilupakan, tapi proses tidak.
Kami akan menonton ulang laga pertama dengan senyum, dan laga kedua dengan catatan.

Yang kami bawa ke depan bukan hanya tiga poin dari satu kemenangan.
Tapi lima pelajaran dari satu kekalahan.

Karena dalam perjalanan panjang ini,
yang bertahan bukan yang paling sering menang,
tapi yang paling sering belajar dan tumbuh dari setiap kejatuhan.

Coach Feri Harjulianto, dari ruang ganti yang hari ini lebih tenang, tapi lebih dalam.

FM Corner