Photo by Jon Tyson / Unsplash

Dulu Ngeblog, Sekarang Ngeblog Lagi

Feri Harjulianto

Halo, perkenalkan saya Feri.

Kalau kamu nemu tulisan ini, kemungkinan besar kamu nyasar... atau memang sengaja mampir. Apapun itu, selamat datang.

Saat saya memutuskan untuk membuat blog ini, satu pertanyaan muncul: untuk apa? Di tengah begitu banyaknya platform media sosial dan video berdurasi 30 detik yang bisa memberi dopamine instan, mengapa saya memilih menulis di blog yang (mungkin) hanya dibaca oleh segelintir orang?

Jawabannya sederhana: saya butuh ruang untuk bernapas.

Sebagai seseorang yang bekerja di dunia keamanan siber, hari-hari saya dipenuhi dengan hal teknis. Semua berjalan cepat, presisi, dan penuh tekanan. Menyenangkan, menantang, tapi kadang terlalu kencang. Tapi di balik semua itu, ada sisi lain dari diri saya yang tidak ingin ikut tenggelam dalam rutinitas: sisi yang suka berpikir, merenung, dan mencoba memahami sesuatu lebih dalam.

Blog ini adalah upaya untuk menjaga sisi itu tetap hidup.

Blog bukan hal baru buat saya. Beberapa tahun lalu, saya cukup aktif nulis di dua blog: feriharjulianto.us dan kata-kutuku.net. Waktu itu, blogging adalah kegiatan yang personal banget—nulis karena ingin, bukan karena algoritma. Nggak peduli dibaca orang atau nggak, yang penting nulis. Dan jujur, saya kangen masa-masa itu.

Makanya saya bikin blog ini. Bukan karena pengen viral. Bukan juga karena pengen jadi “influencer cybersecurity.” Tapi karena saya butuh tempat buat berbagi.

Banyak orang mengira bahwa dunia teknologi—terutama keamanan siber—itu kaku, penuh istilah rumit, dan hanya bisa dipahami oleh orang yang “pintar coding.” Padahal, di balik layar, dunia ini sangat manusiawi. Di sinilah kita bicara soal kepercayaan, ketakutan, dan niat baik atau jahat manusia. Kita hanya kebetulan menyelubunginya dalam bahasa komputer.

Menulis lagi seperti menemukan jendela yang bisa saya buka di tengah ruangan penuh layar dan log data. Di sini saya bisa tarik napas sebagai manusia biasa yang kadang cuma pengen cerita soal hari yang aneh atau ide kecil yang lewat di kepala.

Blog ini juga akan memuat cerita-cerita kegagalan saya—karena tidak semua perjalanan itu mulus. Saya pernah salah mengambil keputusan teknis, salah menilai ancaman, bahkan pernah merasa tidak cukup “pintar” untuk posisi saya. Tapi dari semua itu, saya belajar bahwa kejujuran terhadap diri sendiri adalah bentuk pertahanan pertama dari segala bentuk kerentanan—baik digital maupun emosional.

Saya ingin blog ini jadi tempat yang jujur. Tempat saya berbagi insight, pengalaman, mungkin kadang opini, tapi selalu dari hati. Kadang akan ada tulisan soal AI dan security. Kadang soal produktivitas. Kadang hanya soal hal kecil yang membuat saya berpikir lebih dalam.

Ini Bukan Tulisan Pertama Saya, Tapi Rasanya Seperti Baru Lagi, haha. Saya tahu, saya bukan penulis profesional. Tapi saya percaya, setiap orang punya cerita yang layak dibagikan. Dan kadang, yang kita butuhin cuma satu tempat kecil untuk mulai.

Mungkin blog ini bukan untuk semua orang. Tapi kalau kamu sampai di sini, dan kamu membaca sampai kalimat ini, mungkin kita punya satu kesamaan: kita sama-sama menghargai proses berpikir.

Terima kasih sudah mampir.
Saya harap kamu menemukan sesuatu yang berarti di sini. Kalau bukan hari ini, mungkin suatu hari nanti.

Kalau kamu sampai di paragraf ini, terima kasih.
Serius. Kamu udah ngasih saya waktu, dan itu hal yang berharga.

Salam,
Feri Harjulianto

Opini